PALU, TRUE STORY – Sejumlah pegawai Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Tengah mendatangi DPRD Provinsi Sulawesi Tengah untuk mengadukan nasib mereka. Pasalnya, honor kerja mereka selama enam bulan terakhir di tahun 2025 tak kunjung dibayarkan.
Pertemuan ini berlangsung di ruang Komisi IV DPRD Sulteng, Rabu (16/7/2025), dan diterima langsung oleh anggota Komisi IV, Abdurrahman. Pegawai KONI yang hadir di antaranya Ketua Harian KONI Edison Ardiles, Wakil Ketua Umum Alizam Lamadau, serta beberapa staf seperti Lisa Rosalinda, Kusno Bunga dari Humas, dan Pudin, penjaga GOR Nemaeka.
Dalam pertemuan itu, Lisa Rosalinda yang sudah bekerja sejak awal kepengurusan KONI Sulteng di bawah Nizar Rahmatu, menyampaikan keluh kesahnya. Ia mengaku menggantungkan hidup dari honor bulanan KONI. Namun, sejak Januari 2025, ia dan rekan-rekannya tak lagi menerima gaji.
“Sudah enam bulan kami bekerja tanpa honor. Kami hanya berharap dari sini untuk kebutuhan hidup keluarga. Kalau tidak ada kejelasan, kami harus mengadu ke mana lagi?” kata Lisa lirih.
Senada dengan Lisa, Pudin juga menyoroti nasib mereka yang seakan terabaikan. “Kami sudah dua kali lebaran tidak terima THR, belum lagi soal gaji ini yang tak jelas,” ucapnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Abdurrahman menilai langkah pegawai KONI Sulteng menyampaikan aspirasi ke DPRD sudah tepat. Ia mengingatkan, masalah ini tak bisa dibiarkan terlalu lama karena akan berdampak pada keberlangsungan pembinaan olahraga di daerah.
“Silakan datang ke DPRD, jangan pilih jalan anarkis. DPRD hadir untuk menjadi bagian dari solusi, bukan hanya muncul saat masalah sudah membesar. Pengawasan DPRD itu salah satunya mendeteksi hal-hal seperti ini sejak dini,” tegas Abdurrahman yang akrab disapa Kakak Umang.
Ia juga menekankan, dunia olahraga tak boleh berhenti hanya karena masalah administratif. Menurutnya, pembinaan atlet, regenerasi, hingga capaian prestasi daerah sangat bergantung pada keberlangsungan organisasi seperti KONI.
“Kita akan tindak lanjuti ini. Akan kami undang pihak terkait, termasuk Dispora dan pimpinan KONI, dalam forum Rapat Dengar Pendapat. Kita carikan jalan keluarnya secara terbuka,” ujar Abdurrahman.
Lebih lanjut ia menegaskan, persoalan ini membutuhkan kehadiran nyata, bukan sekadar empati kosong. “Kalau hanya simpati, cukup bilang turut prihatin. Tapi sekarang waktunya kita hadir memberi solusi nyata,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.