DARI KEJAUHAN, laut biru di Pulau Sombori tampak tenang, seolah tak pernah terusik. Namun di balik kejernihannya, terdapat cerita panjang tentang upaya manusia memperbaiki kembali luka-luka yang pernah diderita ekosistem laut.
Di sinilah, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) bersama masyarakat Desa Mbokita menggelar misi besar yakni menyelamatkan terumbu karang Sombori.
Pulau Sombori, bagian dari gugusan Kepulauan Menui di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, bukan hanya terkenal karena keindahan lautnya yang menyerupai Raja Ampat.
Di wilayah ini, kehidupan masyarakat pesisir juga sangat bergantung pada laut, baik sebagai sumber pangan maupun penghidupan. Namun dalam satu dekade terakhir, aktivitas penangkapan ikan tak ramah lingkungan dan perubahan suhu laut menyebabkan sebagian kawasan karang mengalami kerusakan.
Melihat kondisi itu, PT IMIP bersama Coral Triangle Center (CTC) turun tangan. Mereka melakukan rehabilitasi terumbu karang dengan pendekatan berbasis masyarakat.
Tahap awal dimulai dengan pemetaan area potensial, termasuk titik-titik konservasi yang akan menjadi pusat pertumbuhan karang baru, zona perikanan tangkap, serta wilayah pengembangan ekowisata.
“Pendekatan ini tidak hanya soal menanam karang, tapi memastikan masyarakat menjadi penjaga sekaligus penerima manfaat dari laut yang sehat,” tutur Adrian Sakti, Penanggung Jawab Program Rehabilitasi Terumbu Karang IMIP.
Masyarakat Diberdayakan Menjadi Penjaga Laut
Langkah nyata PT IMIP tidak berhenti pada transplantasi karang semata. Sebanyak 10 kader konservasi dari masyarakat lokal dilatih langsung tentang teknik konservasi dan pemantauan karang, sementara 15 warga lainnya disiapkan sebagai pemandu wisata bahari.
Mereka diajarkan mengenali spot bawah laut, berkomunikasi dengan wisatawan, hingga mengelola kunjungan agar tidak merusak lingkungan.
“Kami berharap komunitas ini bisa mandiri, menjadi pemandu wisata profesional yang berkontribusi pada ekonomi keluarga,” kata Adrian.
Pasca pelatihan, dilakukan transplantasi karang di beberapa titik perairan Sombori yang mengalami degradasi.
Setiap minggu, kader konservasi dari Desa Mbokita memantau pertumbuhan karang, sementara tim IMIP melakukan evaluasi bulanan.
Proses ini menjadi simbol sinergi antara industri, pemerintah desa, dan masyarakat dalam menjaga sumber daya laut.
Selain memperkuat ekosistem, langkah itu juga menumbuhkan kesadaran baru di kalangan warga.
“Kami jadi tahu bahwa laut bukan hanya tempat mencari ikan, tapi juga sumber kehidupan yang harus dijaga,” ujar Ikram, salah satu kader konservasi Sombori.
Ekonomi Biru dan Harapan Baru untuk Sombori
Program rehabilitasi ini sejalan dengan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menetapkan Pulau Sombori sebagai wilayah konservasi laut.
Upaya IMIP bersama CTC mendukung konsep ekonomi biru (blue economy) — di mana keberlanjutan lingkungan menjadi pondasi bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir.
Selain menanam karang, IMIP juga menyalurkan bantuan perahu patroli yang berfungsi ganda: sebagai sarana pengawasan konservasi sekaligus perpustakaan terapung dan wadah pemberdayaan UMKM pesisir.
Warga Mbokita kini mulai mengembangkan produk olahan laut dan kerajinan lokal yang dijual kepada wisatawan.
Marine Conservation Advisor CTC, Marthen Welly, menilai kolaborasi ini membawa dampak jangka panjang.
“Jika ekosistem laut pulih, wisatawan akan datang, dan ekonomi masyarakat ikut bergerak. Ini bukti bahwa konservasi dan kesejahteraan bisa berjalan beriringan,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Rehabilitasi
Terumbu karang bukan hanya tempat hidup ikan atau daya tarik wisata. Ia adalah benteng alami penahan gelombang, penyerap karbon, sekaligus penopang 25 persen kehidupan laut dunia. Karena itu, menjaga karang berarti menjaga masa depan.
“Perbaikan lingkungan adalah fokus utama kami. Laut Sombori ini terlalu indah untuk dibiarkan rusak hanya karena alasan ekonomi,” tegas Adrian.
Kini, setiap kali matahari terbenam di ufuk Sombori, permukaan laut yang tenang itu menjadi saksi kerja sama antara manusia dan alam.
Dari tangan para kader konservasi muda Mbokita, lahir harapan baru bahwa laut yang sehat adalah warisan untuk anak cucu mereka nanti.
