Di tengah gemuruh modernisasi Kota Palu, terselip sebuah kisah perjuangan yang nyaris luput dari sorotan. Di kawasan Uwentumbu, Kelurahan Kawatuna, terdapat sebuah sekolah dasar bernama SD Inpres 2 Kawatuna.
Sekolah ini menjadi saksi bisu betapa menuntut ilmu masih membutuhkan pengorbanan besar bagi sebagian anak-anak Indonesia.
Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya terbit, puluhan anak berseragam merah putih berjalan menelusuri jalan setapak dan medan berkerikil.
Mereka harus melewati enam sungai, yang jumlahnya bisa membengkak hingga 22 anak sungai saat musim hujan datang.
Jika air meluap dan banjir melanda, maka sekolah pun terpaksa absen dari agenda harian mereka.
“Kalau sungai meluap, mobil pun tidak bisa lewat. Anak-anak jadi tidak bisa ke sekolah,” tutur Lulu Fatma, Kepala Sekolah SD Inpres 2 Kawatuna, Rabu (23/7/2025).
Meski kondisi bangunan sekolah cukup memadai, akses jalan dan jaringan internet menjadi persoalan yang belum tersentuh maksimal.
Lulu menuturkan, siswa-siswinya sebagian besar berasal dari wilayah Uwentumbu, kawasan terpencil yang secara administratif masih bagian dari Kota Palu.
“Sekarang sudah ada truk dari Dinas Perhubungan yang disiapkan pemerintah yang beroperasi sudah 7 Bulan ini. Anak-anak dijemput dan diantar ke titik kumpul,” kata Lulu, menambahkan bahwa skema ini menjadi harapan baru agar pendidikan tetap berjalan.
SD Inpres 2 Kawatuna saat ini memiliki 54 siswa. Mereka datang dengan semangat belajar yang luar biasa, meski dihadang oleh medan yang berat dan keterbatasan fasilitas.
“Kami bersyukur sudah ada bantuan pakaian olahraga dan batik dari PT CPM. Tapi tentu kami masih sangat berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, terutama soal internet dan kebutuhan pokok siswa,” harap Lulu.